Tuesday, July 10, 2012
Secangkir Kebahagiaan - #Rehab Hati Bag 8
“Saat seorang bayi manusia terlahir ke dunia, hal pertama yang ia pelajari adalah bagaimana cara untuk menangis. Selepas itu, sisa dikeseluruhan hidupnya akan ia gunakan untuk belajar bagaimana agar ia mampu tersenyum saat kehidupan memaksanya untuk menangis. Bagi seorang Muslim, hidup tak sekedar itu. Ia harus belajar, bagaimana caranya agar kehidupan yang singkat ini tidak hanya diisi dengan tawa-tawa sesaat yang kemudian ia tukar dengan tangisan abadi di Akhirat”.
Demi Allah!
Seorang beriman yang jujur dengan keimanannya, layak dan ber-haq untuk bahagia. Bahagia dalam islamnya itu sendiri, karena semua kebahagiaan diluar itu adalah semu dan menipu. Jika saja tolak ukur kebahagiaan itu sekedar tawa-tawa, maka orang kafirpun mampu menggapainya.
Kebahagiaan itu bukan rahasia.
Pintu-pintu ketenangan itu senantiasa terbuka bagi siapa saja yang terbangun dipagi hari atau malamnya, sejenak meluangkan waktu untuk berfikir dan bersyukur tentang berbagai kesempatan yang Allah hadiahkan dalam satu paket "kehidupan" ini, kehidupan sesaat untuk masa yang Abadi.
Tidak saudaraku, sekali-kali tidak!
Urusan dunia ini tidak harus kita selesaikan semuanya disini, biarlah semuanya mengalir seperti air. Jika dunia ini telah adil, maka untuk apakah Peradilan-Nya disana? Jangan kita terus menambah beban bahu itu, jangan biarkan ia terus melemah menanggung berbagai ambisi dan nafsu-nafsu yang selamanya tidak akan terpuaskan. Merebahlah..
Kebahagiaan sebenarnya itu bukan disini, tapi disana.
Disebuah hari yang kekal tiada akhir, di mana semua jiwa-jiwa yang beriman diistirahatkan dari lelahnya kehidupan. Di mana para pejuang berhenti dari kelelahannya, di mana para pengikut yang setia berbahagia di telaganya, mereguk kenikmatan yang memusnahkan rasa haus untuk selama-lamanya.
Disanalah Ke-Maha-Adilan Allah Yang Maha Adil (Al `Adl /العدل) dipertontonkan kepada seluruh Mahluk-Nya yang pernah hidup di bumi ini. Tidak ada kedzaliman disana. Allah – Dzat Yang Maha Adil dalam setiap keputusan-Nya – akan memberikan hukuman dan pahala dengan cermat, sehingga tidak terdapat ketimpangan atau ketidakteraturan yang kecil sekali pun. Seperti terciptanya semesta raya ini dengan setiap detailsnya.
“Maka Apakah mereka tidak melihat akan langit yang ada di atas mereka, bagaimana Kami meninggikannya dan menghiasinya dan langit itu tidak mempunyai retak-retak sedikitpun?” (Q.S. Al Qaaf: 8)
Semesta ini semuanya telah tertata dalam tataan yang rapih pada orbit dan garis edarnya sesuai dengan kesempurnaan dari nilai sebuah keseimbangan. Semua details dari penciptaan-Nya terjaga dalam Penjagaan Allah Al Hafiz (الحفيظ) atau Dzat Yang Maha Menjaga. Dzat Yang Memelihara dan Menjaga semua Makhluk-Nya dari kebinasahan.
Allah yang menciptakan dan Allah pula yang menjaganya. Semua Ciptaan-Nya telah “aman” dalam kesempurnaan penjagaan dan keadilan-Nya. Dengan demikian, maka selayaknya seorang beriman itu bahagia. Bahagia dengan harapan tinggi tentang Keadilan dan Allah Allah Al `Adl, dan bahagia dengan Penjagaan Yang Sempurna dari Allah Al Hafiz [ ].
“Tak pernah ada kata terlambat untuk sebuah perubahan kearah lebih baik, selama kita mampu dan mau. Dihari ini yang pasti atau hari esok yang belum tentu engkau lalui”.
Sering kita tergesa mengayun langkah, berlari mengejar kebahagiaan di dunia ini. Tak sadar, bahwasannya kita berlari kearah yang berlawanan dengan kebahagiaan itu sendiri. Hingga semakin kuat kita berlari, semakin jauh kita menjauh dan terus menjauh lagi, hingga jiwa itu letih dan tertatih lalu lupa jalan untuk kembali.
Kebahagiaan itu sederhana.
Sederhana, seperti itulah kebahagiaan.
“Kebahagiaan Itu Dihatimu, Di Hati yang Bersyukur”
Kesederhanaan sama sekali tidak menjadi alasan yang tepat untuk berhenti bersyukur. Justru kegagalanmu dalam mensyukuri adalah titik yang melemahkan pencapaianmu ke-level bahagia berikutnya.
"Ketahuilah bahwa roda-roda itu terus berputar, mengikuti setiap jalanan yang engkau pilih. Namun ada yang mendorong roda itu dengan segala kesungguhan dan keyakinan, anthusiasme dan pengharapan yang konstan – hingga ia berjalan dan berubah – dan ada pula yang mendorong roda itu dengan malas disertai ketidak yakinan akan perputarannya. Hingga roda itu terus menindihnya di bawah".
Ingatlah, hukuman dari kemalasan itu tidak akan menunggumu hingga hari akhir nanti, bahkan ia akan segera engkau temukan di dunia ini. Jadi, bangkitlah. Tak ada yang akan peduli terhadapmu, selain dirimu sendiri. Sesungguhnya Allah menyayangimu, maka sayangilah dirimu, berdo’a dan melangkahlah!
Jangan ragu, jika engkau beriman..
Jika niatnya indah, maka jalanan yang kita lalui pun akan indah – meski hasilnya belum tentu indah – sama seperti niat yang kurang indah hasilnya tak akan pernah indah.
Adapun penderitaan, kekecewaan dan luka itu hanyalah kesalahan perspektif atau cara pandang dalam memandang dunia ini, engkau terbuai dalam mimpi-mimpi keindahan yang belum diraih lalu melupakan kebahagian-kebahagiaan sederhana di sekitarmu. Engkau terus lalai dan terbuai dengan obsesi duniawiah, padahal Dunia ini akan ditinggalkan.
Sering kita mengira kebahagiaan akan terlahir saat kita terlepas dari ujian yang saat ini mengguncang kehidupan kita, hingga kita terjebak dan terus menunggu gelombang itu hilang, semantara badai tak kunjung reda, silih berganti menekan logika menerpa jiwa dan menggetarkan kokohnya keimanan, hampir saja manusia berkata "Lelah... Apakah ini taqdir?
Saudaraku, ketahuilah bahwa Allah tidak hanya melihat hasil seperti penilaian manusia, tapi kesungguhan dan keseluruhan proses yang manusia lalui. Terkadang niat baik tidak selamanya bersahutan dengan kebaikan, ketika kemudian perbuatan baik kita bertabrakan dengan idealisme yang bertolak belakang – disanalah – saatnya kita mengokohkan kembali niat yang menyelinap dan bertahta di hati kita.
Kebahagiaan adalah kabut rahasia yang diselimuti malam dalam lelap, dihantarkan fajar-fajar, saat para malaikat berbaris-baris menanti shubuh, dibiaskan cahaya pagi ketika rahmat-Nya mulai ditebarkan kepada kemilau embun, dititipkan kepada cahaya siang yang menerangi semua jiwa yang terbangun dengan harapan.
Kebahagiaan hanya akan dianugerahkan kepada mereka yang bersungguh-sungguh, kepada mereka yang menyingsingkan lengan baju, mencari dengan keyakinan teguh dan pengharapan konstan, kepada mereka yang dikehendaki-Nya, kepada mereka yang diridhai.
Apakah hal yang akan terjadi saat kekasihmu ridha kepadamu?
Bukankah ia akan memberimu apa saja yang engkau mau? Bahkan ia akan senang memperhatikan, menatap dan menerjemahkan segala lintasan keinginan di wajahmu lalu hatinya tergerak, ia akan melakukan apapun agar lintasan keinginan di hatimu itu terpenuhi.
Silahkan renungkan apa sekiranya hal yang akan terjadi, ketika Allah Subhannahu wa Ta’ala telah ridha kepadamu?
Apa yang tidak mampu Allah lakukan untukmu sekedar dunia ini, dunia yang harganya bahkan tidak menyamai dengan nilai selembar nyamukpun disisi-Nya?
Rasulullah sholallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: "Andaikata dunia ini di sisi Allah dianggap menyamai – nilainya – dengan selembar sayap nyamuk, sesungguhnya Allah tidak akan memberi minum seteguk airpun kepada orang kafir daripadanya." [ ]
Demi helai-helai daun yang berjatuhan dibawah penguasaan-Nya! Demi air yang akan tetap teguh dengan fitrahnya, demi air yang tetap setia, merendah dan mengalir menuju lautan, biarkanlah setiap keresahan itu mengalir berbaur bersama gemuruh gejolak di dadamu.
Air kehidupan tidak akan selamanya tenang, kadang gemericik, kadang gaduh bergemuruh. Berliku menelusuri lembah, terjun menurun dan terhempas di bebatuan, berjalan jauh menuju lautan.
Lautan itu tujuan, seluruh air di permukaan bumi yang indah ini menuju kesana. Sebuah perumpamaan tak terbantahkan, laksana semua manusia hidup yang akan menuju Akhirat. Sepakat atau tidak, siap atau tidak, bahkan percaya ataupun tidak. Semua jiwa akan berjalan menuju alam kekal di mana jiwa yang beriman menemui peristirahatannya dari lelah dunia.
Dunai ini persinggahan, selagi singgah nikmatilah!
Air akan tetap mengalir, menuju lautan. Ingat, lautan itu dipenuhi gelombang. Disana berbagai prahara akan datang menyambut kematangan iman di dada manusia, tidak usah resah ataupun gentar jika engkau beriman. Menarilah bersamanya, berselancar dan tegaplah, jangan terhanyut. Kayuhlah perahu kehidupan itu kuat-kuat, bangun biduknya dengan pengetahuan syari’ah, jiwai dengan hakikat dan hikmah-hikmah, agar perahu kehidupan itu tidak ikut dan terhanyut kepada pelabuhan yang tidak engkau kenali.
Addinul Islam ini, tidak sekedar halal dan haram saja. Islam bukan opsi-opsi yang bisa engkau pilih atau tinggalkan, keseluruhannya adalah satu kesatuan yang menyeluruh, jalanan panjang nan berliku, arsitektur seni tertinggi untuk menggapai bahagia dalam keserasian kadar duka dan tawa, menyederhanakan beratnya beban kehidupan, menyeimbangkan kadar usaha dan tawakal dalam mengarungi samudera dunia menuju sebuah pelabuhan bahagia yang kekal di negeri akhir yang disebut akhirat.
Tentu tidak ada yang gratis, semua harus dibayar dengan keyakinan yang kuat dan kokoh, keteguhan yang tegap, kesungguhan yang konstan dalam menetapi niat, bersabar dalam terjalnya pendakian, tabah disetiap hujaman celaan dan hinaan. Menari bersama ujian, merendah menyambut pasrah musibah demi musibah yang menyapa disepanjang jalanan sehingga pohon iman di dalam dada itu terus tumbuh subur dan rimbun, berdiri tegap dan tidak tergoyahkan oleh berbagai angina seruan. Tetap tegak berdiri hingga pohon itu nanti berbuah ranum, harum dan lezat tiada tara. Buah sabar yang bernama ikhlas.
Subhanallah!
Balasan yang diharapkan mereka yang ikhlas adalah cendramata dari Allah, tidak ada kekhawatiran baginya. Karena pengharapan itu lebih tinggi, melebihi nilai apapun dari dunia ini.
Saudaraku yang berbahagia, dinuansa pena sederhana ini perkenankan saya untuk menjadi pelayan di istana hatimu. Sesaat membawa ruh yang bergemuruh itu kepada sebuah nuansa tenang. Setiap tema yang dihadirkan dalam buku ini berkaitan satu sama lain, berupaya memunculkan sebuah sinergi sederhana antara kebahagiaan dengan iman dalam abstraksi Hikmah Asmaul Husna.
Semoga kita bisa memaknai setiap saat-saat berharga dikeseluruhan hidup kita di dunia ini sebagai lahan untuk bercocok tanam, sebagai kesempatan untuk mengambil sebanyak-banyaknya warisan mulia dari Rasululullah sholallahu ‘alaihi wa sallam berupa ilmu-ilmu syariah sebagai tuntunan dalam menelusuri jalanan demi meraih keridhaan-Nya.
.....
BUKU REHAB HATI - NAI
Hal 60 - 65 (Insya Allah, jika ada umur panjang bersambung hingga Hal 450)
Bukunya tersedia, inbox ana langsung dengan format pemesanan: NAMA, ALAMAT, No HP, dan Jumlah Pesanan.
Salam Bahagia
Nuruddin Al Indunissy
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment