Saya hanyalah seorang tukang batu yang sengsara dan tidak bahagia. Jam kerja begitu panjang dengan gaji tak seberapa, yang terasa hanya letih badan dan pikiran. Setiap hari berkumpul dengan mereka yang hanya memikirkan dunia dan teramat jauh dari agama, sholatpun sekedar menggugurkan kewajiban.
Agustus 2011, di awal Ramadhan 1432 Hijriyah, seorang teman mengirimku sebuah tulisan di facebook. Seperti biasanya kubaca sambil lalu saja. Namun entahlah ada sesuatu yang menyentuh hatiku yang gersang. Tiba-tiba saja aku serius karenanya, meski nota itu agak panjang tapi Subhanallah.. tulisannya begitu menggugah.
"Hal pertama yang dipelajari manusia ketika ia terlahir adalah cara untuk menangis. Setelah itu, sisa keseluruhan hidupnya akan ia pergunakan untuk belajar bagaimana agar ia mampu untuk tetap tersenyum ketika kenyataan hidup memaksanya untuk menangis. Bagi seorang muslim, hidup tentu tak sekedar itu. Ia harus terus belajar, bagaimana caranya agar kehidupan yang singkat ini tak di isi dengan tawa-tawa kesenangan sesaat yang nanti ditukar dengan tangisan abadi di akherat."
Aku dibuat gelisah oleh kata-kata itu. Kata-kata yang sederhana, tak perlu berfikir keras untuk mengerti maksudnya. Tapi justru itulah letak kekuatanya. Semalaman aku hampir tidak bisa tidur dibuatnya.
"Di tukar dengan tangisan abadi di akherat!"
Masya Allah, aku tercenung dibuatnya, seperti tersadar selama ini aku telah menyia-nyiakan kesempatan usia ini, tak sadar mungkin aku telah 'menukar' kehidupan ini seperti kalimat di atas.
"Dan mimpi itu akan segera sirna dalam sekejap, hidup inipun akan berakhir. Aduhai..sekiranya kematian itu mengeakhiri sesuatu?"
Subhanallah!
Kata-kata itu seperti menguliti diriku.
Untuk pertama kalinya aku dibuat gelisah bahkan menangis oleh isi tulisan. Luahan pemikiran yang dipertegas dengan ayat-ayat Al Qur'an dan Hadis, membuat hati benar-benar luruh. Disana aku dibimbing dan diajari bagaimana bersahabat dengan takdir, selalu bersyukur dan ikhlas. Betul-betul pelajaran yang tak pernah kudapatkan di keseharian hidupku yang serba keras dan jauh dari nilai-nilai agama.
Semua tulisan qolbunya yang begitu indah seperti memberiku pelita benderang yang menyinari sisa jalan hidupku agar langkahku tak salah arah lagi. Kini aku belajar untuk menghargai hidup, mensyukuri setiap nikmat dan berusaha untuk selalu sabar dan ikhlas.
EPPI ABDUL HARIS
Nabire, Papua. Indonesia
“Sebuah kolaborasi yang unik antara hati dan otak, dalam mengelola potensi jiwa dalam mencapai kesuksesan dunia akhirat. Rasakan kekuatan dahsyat dari kehalusan retorikanya. Buku ini jelas sangat berguna bagi mereka yang ingin mengembangkan EQ dan SQ untuk melengkapi IQ - nya. Kesuksesan demi kesuksesan akan mudah diraih sehingga hidup akan jauh lebih bahagia”
Salam bahagia.
JASMINE ASIAH
Makah Al Mukaramah, KSA
Saya telah lama menanti kehadiran buku beliau. Entah, ribuan atau mungkin jutaan orang telah membacanya. Karena sebelumnya nota-nota itu bertebaran di belantara dunia maya saja. Membaca catatannya saja mampu membuat saya menangis, termenung bahkan terlena!
Suatu waktu, dalam perjalanan pulang menuju bogor saya baca catatan beliau yang berjudul “Senja Ditepian Laut Merah”, saking asyik membaca, saya sampai lupa untuk turun dari angkot, baru sadar setelah tempat yang saya tuju sudah lewat. Ada getaran jiwa manakala membaca tiap helai tulisannya. Itulah karakteristik kang NAI, menulis dengan hati & kebenaran. Dengan demikian, siapapun pembacanya akan menangkap dan menerima kebenaran itu dengan mudah. Luar biasa, goresan tanganya begitu bermakna dan mengena.
Jika kang NAI bahagia dengan tulisannya, maka saya pun bahagia saat membaca setiap tulisan-tulisannya. “REHAB HATI” adalah buku sarat ilmu, inspirasi dan motivasi. Rugi rasanya jika sahabat fillah tidak mencicipi kandungan hikmah yang bertaburan di dalamnya.
ARIE PUTRA GIPSI
Cicurug Sukabumi, Indonesia.
(Lurah Kampung Nai)
Buku “Rehab Hati” ditujukan untuk semua kalangan, gaya penulisannya dikemas dengan bahasa mudah dan indah, terasa mengalir, renyah dan lancar. Suasana yang dibangun bebar-benar meresap dalam perasaan, penulis benar-benar menjiwai setiap tulisannya agar bisa “merehab hati” para pembacanya.
Kepiawaian beliau dalam mengungkap arti kehidupan, pengalaman dan juga pembelajaran tergambar dalam sebuah catatan beliau saat menguak hikmah dari padi dengan estetika kata untuk mengintip kesan dalam genderang perbedaan di musim akhir jaman ini.
“Tangkainya sederhana, daunnya pun biasa saja.
Tumbuhnya pun dilumpur kotor nan basah, bersahabat dengan rerumputan. Namun mereka hidup rukun, saling menguatkan dan berpegangan, hingga mereka beranjak dewasa - berbunga menebarkan serbuk sari kebahagiaan diusia mudanya - mempersiapkan dirinya hingga matang, seiring berisi semakin merunduk, lalu menguning mengukirkan senyum diwajah petani yang setia menengoknya disetiap pagi.
Usianya tidak lama, tapi sungguh ia telah dewasa.
Cerita hidupnya singkat, tapi berkesan dan syarat manfaat.
Tak peduli bagi siapa saja, ikan-ikan yang bermain sambil berteduh ataupun serangga pencuri, juga ulat-ulat nakal. Dari sosoknya banyak lukisan keteladanan untuk kita, Manusia.
Akarnya tidaklah kokoh.. tapi cukup menunjang batangnya yang sederhana.
Karena hidupnya memang tidak lama, tugas utamanya hanya memberi manfaat kepada Manusia dan mahluk-Nya yang lain. Selebihnya mereka berstasbih memuji-Nya, dan khusyuk mempersiapkan benih-benih berkualitas untuk keturunannya, agar kelak terlahir tunas baru berkualitas pula sebagai warisannya..” (Catatan Nai: Hikmah padi; “Mereka Berdiri dalam Shaf-Shaf yang Rapi)
Jangan heran jika anda akan tergetar hebat dan menuai banyak manfaat saat mulai membuka lembar demi lembar buku ini, mudah-mudahan pembaca yang cerdas terimbas oleh hikmah-hikmah yang megalir dari buku ini. Untuk kemudian bersama-sama “memanen” dan juga “menebar” kembali manfaat baik bagi diri sendiri, keluarga dan orang banyak.
RIZALUDIN AL-GHARUTI
Garut, Indonesia.
(Profesi: Duta Garut untuk Kampung Nai)
Saya sangat bersyukur ketika mendengar tulisan saudaraku ini akan dibukukan di awal tahun 2012 ini, bangga sekaligus terharu. Seperti yang sudah saya perkirakan sebelumnya, sosok muda ini bakal berhasil menerbitkan bukunya. Saya telah membaca banyak tulisannya, bahkan ada beberapa tulisannya yang menghiasi arsip komputer saya di rumah.
Sejujurnya saya kagum ketika membaca tulisannya, wawasannya tentang kehidupan, gaya bahasa yang komunikatif dan mudah dipahami siapapun yang membacanya, gagasannya membuat alur ceritera juga ketelitiannya menggambarkan keadaan suasana disekitar sehingga tercipta nuansa keindahan, keharuan, kebahagiaan, kegelisahan dan keresahan. Hingga membuat saya benar-benar jatuh cinta dengan semua tulisannya setelah kembali merenungi falsafah-falsafah kegamaan, karena apa yang tertulis bersesuaian dengan apa yang pernah saya baca dan saya alami.
Saya yakin, tulisannya bukan sekedar inspirasi biasa seorang penulis tetapi lebih merupakan intuisi buah dari ketaqwaanya kepada Allah Subahanahu Wata’ala. Insya Allah.
”Allah menganugrahkan al Hikmah kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan barang siapa yang dianugrahi al Hikmah itu, ia benar-benar telah dianugrahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran.” (QS Al-Baqarah: 269)
Walau tidak membaca keseluruhan draft isi buku tersebut, tetapi saya yakin sekali atas kemampuan saudara NAI dalam menulis. Masya Allah, saya seorang laki-laki dan jarang mengeluarkan air mata. Ketika kita membaca tulisannya, fikiran dan perasaan kita akan terhanyut dan menjadi penasaran untuk membaca berulang-ulang disertai munculnya rasa ingin tahu untuk menunggu tulisan-tulisan beliau yang akan datang.
Sangat jarang sebuah tulisan mampu menetaeskan air mata, terlebih saya yang terbiasa dengan kehidupan keras di proyek.
Allaahu Akbaar…
Lahaula walaa Quwwata Illa Billah!
RIYADI PRAWIRA KUSUMAH
Sarjana Arsitek, Tasikmalaya.
Indonesia
"Nasihat untuk Adikku" adalah catatan pertama yang mengaduk-aduk hatiku, sangat berbeda dengan buku-buku lain yang pernah kubaca. Hingga ada kekaguman dan rasa ingin mengetahui tentang penulisnya. Pastilah beliau adalah orang besar dan terpelajar hingga tulisannya begitu indah sangat mengena di hati tanpa ada kesan menggurui.
Akhirnya ku beranikan diri bertanya tentang siapa pemilik catatan itu. Sahabat facebook-ku saat itu hanya berkata; “Insya Allah catatan itu akan dibukukan, sang penulis sekarang berada di Saudi Arabia.”
Selepas itu aku rajin mengikuti setiap catatannya di dinding facebook sahabat itu. Hingga akhirnya aku pun menemukan nama 'Nuruddin Al Indunissy', sedikit ragu aku pun meng-add beliau. Inikah si penulis hebat itu?
Ternyata benar adanya, Subhanallah.. masih banyak catatan indah lainnya, termasuk 'Rehabilitasi Hati' dan 'Install Ulang Hati'. Seakan ada daya magnetis agar aku terus mengikuti setiap rangkaian kata-katanya yang indah itu.
Menyadarkan segenggam hati, seperti apa hatiku slama ini? Sebagai manusia pastilah kita pernah merasakan diri dalam keadaan terpuruk, terhimpit & hidup dalam kesendirian. Inilah aku waktu itu, aku slalu larut tenggelam dalam kepedihanku sendiri.
Subhanallah, setelah membaca tiap kalimat yang ada benar-benar melaju mengajak kita pada perubahan yang lebih baik, agar kita tidak merugi dengan kesempatan yang diberikan-Nya di dunia ini. Hati ini serasa terguyur siraman air yang menyegarkan saat kemarau berkepanjangan melanda.
Di sinilah bermula aku memantapkan jiwa & raga berbenah diri, menata hati. Tak bisa diungkapkan lewat kata, Alhamdulillah terima kasih Ya Allah karena atas ijinMu-lah semua ini bisa terjadi, atas kuasaMu-lah Engkau pertemukan aku dengan orang-orang yang shalih/ah yang membimbingku ke jalan-Mu.
Subhanallah Walhamdulillah...
Akhirnya saat yang telah lama kunanti itu tiba, sebuah karya dari seorang sahabat “NAI”.
Tersenyumlah, Jangan Patah!
"Yang belum punya bukunya, rugi deh.." ^_^
LEMBAYUNG JINGGA
Hongkong
Jujur sentuhan kata-kata beliau ibarat nilai dari karya Shakespeare, yang diambil dari keindahan diksi Gibran, kemudian di sinyalir oleh kedalaman hati Rumi melalui keberanian dan pola fikir Iqbal. Hasilnya: Melembutkan hati yang lembut, dan melunakkan hati yang membatu bahkan berkarat...
"Tunas-tunas Kebahagiaan" adalah note beliau yang kutemukan di Jully 2011 lalu. Jujur aku kurang tertarik untuk membacanya, namun melihat gambar kecambah yang baru saja mengintip dari permukaan tanah yang beliau pilihkan, seperti menyihirku atas maksud yang ingin disampaikan oleh penulis. Akupun mulai menjalari semua kalimat yang termaktub.
Bagai bayu senja, hati yang gerah dan sumpek langsung terbungkam mencerna indahnya makna sebuah kebahagiaan!
Aku percaya, setiap jiwa mempunyai frase yang berbeda yet similar, adakalanya kita dalam keadaan yang merasa bahwa kita hanyalah makhluk yang dalam segala keterbatasan dan kekurangan. Kita menuai harapan yang tinggi, sedang jiwa lalai untuk bersahabat dengan Pemilik harapan yang Hakiki.
Kesadaran itu muncul seperti kecambah, mengintip dari celah hati. Yang kemudian kusirami dengan butir-butir syukur atas segala kebaikan yang tak terbatas dariNya.
Catatan menggetarkan berikutnya adalah "Peristiwa di hari Mahsyar", membuat hatiku menunduk malu.
"Aduhai... Berdiri berhimpit-himpitan......"
Bait..demi bait, kata-kata itu seolah-olah sedang menyalakan sebuah layar drama yang beruntun. Mataku merembas, hatiku menjerit, sementara bayangan akan dahsyatnya hari itu seperti mengajak kita yang sedang berperan disana... memang, kita semua akan menjadi bagian dari makhlukNya yang berdiri berhimpit-himpitan disana... yang dibangunkan seperti berkumpulnya anak-anak panah di dalam wadahnya selama 50 Ribu tahun.
Allahu Akbar....!!!
Laa Ilaaha Ilaa Allah Wa asyhadu Anna Muhammadarrasulullah.
Itulah sepercik kejujuran yang dapat aku tuangkan di barisan paragraf ini. kejujuran akan betapa Allah Subhannahu wa Ta’ala sangat mencintai kita semua dan mempertemukan kita semua dalam wadah ukhuwah yang InsyaAllah senantiasa dalam keridhaan dan rahmatNya.
Hatur nuhun pisann...
ETTY NUR AFNEE
Current City, Singapore.
Imajinasiku selalu hidup dan hanyut dalam alunan, jiwa ini rasanya luluh dalam kelembutan dan penjiwaan disetiap tulisannya. Hati ini terenyuh dengan hebat prjuanganmu dalam hidup beliau mulai dari bawah hingga sampai kesa'at ni. Beliau sungguh beruntung.
Kutemui banyak kebenaran, semakin aku meyaqini keadilan TUHAN terhadap hamba-hamba-Nya yang bersungguh sungguh berjuang dalam hidupnya. Saya benar benar termotivasi untuk selalu memperbaiki diri, bersyukur, bersabar, sambil terus ikhtiar dan tawakal. Menjadikan diri lebih positif thinking dan selalu haus ilmu dan menambah khasanah wawasan
UMI SUYATMI
(Fb: Umy's Taken)
Ada “sihir” dalam setiap catatannya. Saya mulai mengikuti tulisan demi tulisan beliau dari akhir 2010. Setiap tuturan beliau yang “to the point”, seperti sebuah kejujuran yang berbalut keindahan. Permainan kata yang menjadi ciri khas beliau adalah salah satu tarikan kuat yang mengundang saya untuk membacanya sampai akhir.
Semula tulisan itu hanya melahirkan apresiasi dan kekaguman saja, tidak pernah terfikir bahwa 'one day' beberapa dari tulisan itu akan menimbulkan “efek samping” (positif).
Suatu ketika saya pernah terdampar dalam sebuah keadaan yang rumit, katakanlah sebuah permasalahan yang bersangkut paut pada salah satu tema klasik dalam kehidupan. Saya tidak menafikan bahwa keadaan saat itu sempat melemparkan saya kedalam titik gundah.
“Saat Cinta Menyapa” adalah cataan beliau yang berupa nasihat yang menemaniku di masa-masa sulit tersebut. Pada awalnya saya mencari "bait-bait pembelaan” untuk yang pernah saya alami, namun ternyata saya mendapatkan lebih dari itu! Bukan pembelaan tapi sebuah efek "pengarahan". Saya yang dalam keadaan bingung saat itu seolah dipapah menuju aliran air sejuk yang menuntun saya untuk menyelami arti sebuah penghambaan kepada Sang Maha Pecinta.
Jujur, kalimat demi kalimatnya ibarat sebuah embun sejuk yang merembes kedalam hati yang saat itu tengah dahaga. Membacanya sekali saja sudah cukup membuat butir butir air mata saya menggenang disudut mata. Satu kesan yang sangat saya ingat saat melalap catatan itu adalah seperti sebuah “tamparan” halus yang menyadarkan untuk bangkit dari keterpurukan yang tidak perlu.
Note “Jangan Patah” dan ”Tunas-Tunas Kebahagiaan” adalah sapaan berikutnya yang mengarahkanku bagaimana membentuk hati yang indah, menuntun langkah yang gamang kepada satu tujuan yang Haq. Mengajari banyak hal dalam pencarian jati diri, memberi motivasi untuk lebih semangat menjejaki setiap petualangan baru dalam hidup menjadi sebuah perjalanan spiritualitas yang semestinya disyukuri. Mengajak kita lebih peka dalam merasakan hikmah-hikmah yang begitu saja tercecer dan terabaikan. Subhanallah !
Beliau pintar sekali “Mencubit” orang lewat tulisannya. Sebuah cubitan sayang karena rasa kepedulian agar saudara-saudaranya yang tengah lalai dan “tertidur” itu mulai “melek”. Paduan kata-kata bijak yang cantik namun tetap terkesan santai dan mudah dimengerti, penyampaian yang cerdas dalam kaidah-kaidah islam yang indah nan Agung, syair, ayat ayat Qur’an dan Hadist yang diramu sedemikian rupa sehingga menjadi suguhan ilmu yang selalu menggiurkan untuk dibaca. Mungkin beginilah maksud beliau berdakwah lewat 'pena'.
Well finally, Alhamdulillah.. lahirnya buku perdana ini menggoreskan rasa bahagia tiada terkira. Semoga mampu menjadi 'obat hati' plus 'vitamin' bagi jiwa-jiwa yang membutuhkannya.
Good job kang!
Anda berhasil menumbuhkan “Tunas-Tunas Kebahagiaan” dalam hati kami. ^_^
HANIN AZ ZAHRA
Sumedang, Indonesia
"Jika engkau berkata sabar itu ada batasnya, itu cukup berarti engkau belum bersabar. Karena sabar itu tak ada batasnya, batasnya ada didekat pintu syurga dalam naungan keridhaan-Nya" (NAI)
Subhanallah kalimat itu begitu menguatkan saya saat ayah saya terbaring sakit dan dokter memvonisnya 'harus' dioperasi, itu semua membuat saya hampir putus asa. Akhy Nai, sosok yang menginspirasi saya lewat tulisan-tulisannya. Bahasanya yang santun dan penuh kesederhanaan, membuat saya mudah faham akan isi tulisannya. Belum lama saya mengenalnya tapi sosoknya terasa begitu dekat dan begitu mengenalnya.. Yaa, saya mengenalnya dekat lewat "pena" nya. Penanya yang membuat saya serasa telah lama mengenalnya. Mudah mudahan disuatu hari indah milikNya, saya dapat dipertemukan oleh Akhy Nai.. InsyaAllah..
ANNI TRIMULYANI
Tangerang, Indonesia
"IMAN laksana sebuah pohon di hatimu, naungannya memberi kesejukan. Dari pohonnya tunas-tunas harapan akan terus terlahir. Jika pohon itu terus engkau sirami, maka ia akan berbunga kebahagiaan yang harumnya menebari setiap jalanan yang engkau lalui. Seiring keistiqomahan yang terjaga, dari bunga itu akan lahir buah ranum yang bernama IKHLAS." (NAI)
Subhanallah...
Itulah sebuah kutifan kalimat dari tulisan beliau, sederhana namun mampu mencambuk diri yang miskin iman ini, mampu menggerakkan hati yang diam untuk tetap tegar walaupun dikerumuni berjuta masalah. Tutur kata yang tegas, mengantar diri ini untuk berpaling dari mewahnya dunia, menuntun menuju cahaya-Nya.
INDRI WAE
Hongkong
Salah satu dari “kekuatan” yang membedakan buku ini dari buku-buku lain adalah adanya ruh, di mana penulis tidak hanya menulis dengan sepenuh hati tapi juga benar-benar totalitas dalam menyumbangkan buah pikirannya tanpa ada ilmu yang disembunyikan.
Melihat dari draft (isi) buku ini yang sebagian besar pernah saya baca, saya mendapati lembar demi lembar halaman buku ini akan menjadi sumber kekuatan yang menggugah hati dan pikiran anda.. so, tunggu apa lagi..?
"Saya jamin memiliki buku NAI adalah jawaban (obat) bagi mereka yang terinveksi virus galau.."
RIJAL AL HAMIDI
(Warga Kampung NAI)
Goresan pena yang sarat nasehat namun tanpa menggurui, mengingatkan tanpa menghakimi, tutur kata yang lembut namun tegas dan bijaksana, sungguh mampu merehab hati yang sedang dilanda kegoncangan dan terjangkit penyakit. Fisik boleh lelah, raga boleh payah, tapi hati ini selalu merasa hidup dengan membaca goresan-goresannya.
NAJWA SATIRAH
Posted in: Bumi Allah
Alhamdulillaahirabbil’alamiin, segala puji hanya bagi Allah, untaian rasa syukur tak tertahan dan mengalir deras saat menemukan oase bernuansa Islami saat kuselami hutan belantara dunia maya. "Catatan NAI" adalah sebuah group sederhana di pojokan dunia maya facebook, sebuah media sosial tempatku bergabung dan berbaur dengan teman-teman dakwah disela-sela rehat dari dunia nyata.
"Beliaulah sang penebar Virus Santun".
Banyak catatan-catatan beliau yang membuatku ‘kepincut’ karena ‘telah terbukti’ bisa menggugah jiwa dari kekosongan dan kefakiran ilmu. Beliaulah mengumpulkan sobat-sobatnya di sebuah group “Catatan Nai”, sebuah situs yang telah menjadikan pojokan kecil dunia maya menjadi sebuah kampung paling teduh, paling nyaman, yakni Kampung Nai. Alhamdulillah, beliau telah berkenan secara pribadi menjadi sahabat, sekaligus guru, kuruhun, pu'un kami, Nuruddin Al-Indunissy.
Untuk kesekian kalinya, Pujian kepada Allah Subhannahu wa Ta’ala kembali kuhaturkan. Atas limpahan tolong dan karunia-Nya, sahabatku Nuruddin Al Indunissy berkenan mengumpulkan catatan-catatan yang telah beliau share dan ‘berserakan’ diberbagai situsnya di internet menjadi menjadi sebuah buku dahsyaat dengan title REHAB HATI.
Semoga kehadiran buku perdana-nya ini bisa memberi manfaat dan bisa di nikmati oleh masyarakat luas dunia nyata.
ADE ABDUL RAQIB
Depok, 18 Desember 2011
aroqib@rocketmail.com
Kesan pertama yang saya dapat ketika membaca tulisan beliau adalah seperti ketagihan, hingga sering saya menuliskan kembali ilmu yang baru saya dapat tersebut pada sebuah buku harian. Catatannya paling menyentuh hati adalah tulisan akhina Nai tentang 'Pamali'.
"Jangan makan dengan tangan kiri pamali!".
Nasihat ‘pamali’ itu baik, tapi alangkah lebih baiknya, jika rantai pamali yang hukumnya tidak jelas itu kita ganti dengan Nasihat Rasulullah sholallahu ‘alaihi wa sallam seperti sabdanya yang diriwayatkan Ibnu Umar ra: "Apabila seseorang diantara kalian makan hendaknya ia makan dengan tangan kanan dan minum hendaknya ia minum dengan tangan kanan, karena sesungguhnya setan itu makan dengan tangan kirinya dan minum dengan tangan kirinya." (Hadits Riwayat Muslim).
Subhanallah..
Kalimat itu begitu sederhana tetapi mampu merubuhkan benteng "pamali" yang kerap saya dengar. Sungguh sebuah renungan bagi saya dalam ber-Islam.
UMMY AZKIYA
Palu,Sulaweusi - Indonesia
Aku terharu saat mendengar lantunan suara beliau di multazam. Ada pelajaran besar dari catatan pribadi beliau saat terperangkap di jeddah. Beliau telah merubah jiwaku, bahkan menuntunku bangkit dari musibah yang benar-benar menimpaku saat itu.
DEDI KUSNADI
Sumedang, Indonesia
"Butir butir syukur" adalah catatan pertama beliau yang mengusiku. Catatan itu dibalut design gambar nasi putih berteman beberapa tusuk sate, saat itu sebenarnya saya berharap ada resep masakan baru didalamnya.
Subhanallah!
Bukan cuma resep baru yang ku dapat, tapi juga kisah unik yang tak pernah terpikirkan. Sebuah kronologis mengangumkan ketika sebutir padi yang disemai lalu tumbuh, matang dan diolah menjadi nasi bisa datang berbarengan persis dihadapan kita dengan didampingi beberapa tusuk sate yang berasal dari kambing yang dulu hidup ditempat yang terpisah.
"Allah Subhannahu wa Ta’ala yang telah mengatur semuanya hingga detail-detail terkecil", itulah satu kalimat yang meneguhkan dan mengajak diri ini untuk melihat kembali semuanya, tentang jalanan kebelakang dan kebahagiaan dalam lembah syukur.
Dari catatan itulah saya mulai menelusuri hikmah disetiap tulisan beliau. Seperti kegilaanku menulusuri karya Gosho Aoyama, saya terus menunggu episod baru yang beliau suguhkan. Karena di dalam setiap catatan beliau terdapat resep - resep baru dalam menjalani hidup, ada bumbu bumbu rahasia untuk berdiri tegak di tengah tingginya gelombang, ada trik detective conan dalam memecahkan masalah dengan istiqamah.
NANA PAMELA
Taipei,Taiwan
"Layar Kehidupan", sebuah catatan yang ditulis oleh beliau tertanggal October 2010, Riyadh Saudi Arabia. Tulisan yang dikemas dengan apik, seperti menyihirku untuk membacanya hingga selesai, rasa haru pun tanpa sadar menyeruak di dalam hati ku.Tidak pernah terpikir jika penulisnya adalah seorang anak muda berbakat dari Indonesia.
Tulisan itu telah membuka mata hati ku, seorang penderita lelainan kulit yang belakangan baru diketahui sebagai Eritroderma. Tak dapat ku pungkiri dengan kondisi ini, terkadang ku begitu rapuh untuk menjalani kehidupan yang penuh dengan ujian-NYA. Sulit bagiku untuk lebih menerima Takdir-Nnya saat orang-orang di luar sana "memandangku” dengan berbagai pandangan yang membuat ku menyesali diri. "Kenapa aku harus mengalami hal ini?".
Statement awal catatan itu mengungkapkan tentang peranan kita masing-masing di dunia ini. Inilah hal yang telah menyadarkanku, bahwa “inilah aku” dengan peranku, selayaknya aku terima segala skenario Indah-Nya dalam hidupku.
Goresan pena NAI dalam bentuk apapun menjadi inspirasi, menyuruh otaku untuk berputar kembali merenungkannya demi menyelami hikmah-hikmah yang tersirat di balik rangkaian kata yang tersusun indah dan tajam!
Salam Santun & Bahagia,
Dari al- Faqir, Penyandang Eritroderma
NENNI NURYUANTI. SPd
Pontianak, Kalimantan Barat
Indonesia
Subhanallah Walhamdulillah wasyukurillah.
Bangga, bahagia dan terharu untuk sahabat, guru dan saudaraku Nuruddin Al Indunissy (NAI). Akhirnya goresan ilmu yang terlahir indah dari pena Nai akan segera tersebar lebih luas lagi , insya Allah coretan-coretan indah penuh pesan hikmah dan nasihat itu kini akan diabadikan dalam sebuah buku bertajuk "REHAB HATI".
Entahlah, rangkaian tulisan beliau seperti tertuju kepadaku yang baru saja tersadar, bertahun-tahun bekerja di luar negeri hanya untuk membangun sebuah rumah. Mempercantiknya hingga terlupa bekal sebenarnya yang harus kuperisapkan untuk hariku yang abadi nanti.
Beliau telah berhasil menyadarkanku. Semoga demikian juga dengan misi buku ini, semoga menyapa hati-hati yang masih gersang dan tandus, mengantikan tunas-tunas yang mati menjadi tunas-tunas harapan baru yang hijau dan subur.
Jazakallah akhina NAI.
EKA E. SUSAN
Singapore.
“Tulisannya panjang-panjang, tapi penulis membuatku tak merasa bosan dan ingin terus membacanya. Semakin aku membaca tulisannya semakin terasa efect-nya yang mengikis habis ambisiku kepada dunia ini. Jazakallah brother sudah menjadi perantaraku dengan hidayahku”.
ULUL AZMI MUDIN
Lampung, Indonesia
"Tak ada istilah kebetulan dalam kamus Iman dan konsepsi Islam, semua yang ada dalam hidup ini sudah terencana oleh perencanaan Allah Subhannahu wa Ta’ala Yang Maha Sempurna". (NAI)
Itu adalah sebait kalimat yang membuat saya tertegun. Kalimat itu merayu saya untuk terus menikmati paragraph demi paragraph yang disuguhkan dalam tulisan kak Nai. Diksi yang menyapa ibarat magnet yang membuat pembacanya larut ke dalam alunan, kata demi kata yang terangkai bersesuaian dengan isi Al Qur'an dan Hadist sehingga membentuk tulisan yang indah dan syari’.
“Melalui buah penanya saya merasakan kembali cahaya Hidayah-Nya”.
HERU UMENK.
Lombok, NTB - Indonesia
Tsunami Aceh seperti ingin menyempurnakan kepedihan hidupku, badai itu menghabiskan keluarga kecil kakakku yang tersisa setelah sebelumnya kehilangan nenek, kakek dan abang kandungku. Tapi aku masih bisa bertahan. Meski ujian tidak terhenti hingga disana, cobaan demi cobaan terus berdatangan. Kehilangan calon buah hati membuatku mulai goyang, jiwaku semakin gundah setelah profesiku dipindah ke daerah terpencil tak terelakan. Tidak lama berselang, kecelakaan parah membuatku semakin marah, keresahan menjadi sempurna saat orang tua meninggalkanku untuk selama-lamanya.
Itu bukanlah akhir, pengkhianatan dan ditinggalkan oleh pendamping hidup membuatku benar-benar bimbang. Butiran-butiran lembut itu mulai menetas saat buah hatiku kini sakit.
Ya, aku menyerah…
Hatiku mulai sering terusik, merasakan sesuatu yang berbisik-bisik, kegaduhan dan tak jarang jeritan-jeritan. Namun, Alhamdulillah, dimasa masa itu aku tak sendiri. Ada banyak teman yang selalu menguatkan. Catatan “Tunas Tunas Kebahagiaan” adalah tulisan yang menemani dan mengajak kembali untuk bangun.
“Airmata adalah bahasa kejujuran. Cerminan hati yang lembut, yang mencintai keindahan. Biarkan ia menetas hingga resah itu hilang, jika resah itu masih bersemayam, maka biarkanlah ia mengadu kepada peraduan terindahnya. Allah. Allah-lah tempat mengadu”.
“Adikku..
Hati yang lembut akan menerima kebenaran dengan mudah, dari siapapun datangnya. Maka berbahagialah kepada hati-hati yang sedang lembut, karena itu adalah salah satu nikmat dari Allah. Adakah Allah merugikanmu? Katakan tidak, dan bangkitlah! Ingat, pilihan Allah tidak akan merugikanmu, sedikitpun!”.
Bait-bait sederhana itu seperti menyapaku. Saat itulah aku mulai menangis dan menangis hingga aku mengenali dan menyadari tentang kebaikan di dalamnya. Thanks Nai.
SRI RIZKY AMELIA
Lhokseumawe, Aceh - Indonesia.
Profesi: Guru
Saat-saat itu saya sedang tidak bekerja. Yah, selama dua tahun saya tidak bekerja lagi. Beberapa kali saya jalani parade dan estafet dalam interview, selalu saja gagal saya hadapi. Hingga kemudian saya putuskan untuk berdiam dengan bersabar duduk berdo’a, dan FB-lah yang menjadi aktifitas saya sehari-hari.
Tentu ini bukan sekedar aktifitas, saya nisbatkan diri saya dalam kegiatan dakwah facebook. Memang background saya adalah seorang aktivis harokah sehingga saya selalu mencari nilai yang ideal dalam suatu pekerjaan.. saya sering “mencuri” artikel-artikel Islam dari blog ikhwah yang hanif, terkadang saya buat sendiri dengan merujuk pada pemahaman salahfus sholeh, tentunya sebagai manhaj salaf yang kupilih.
Hingga suatu saat saya temukan blog istimewa di http://nuruddin-al-indunissy.blogspot.com. Saya pun mulai berkenalan dengan pemiliknya, saya membaca salah satu catatannya yang menggetarkan jiwa, dan saya bangkit, meninggalkan segala kelemahan.
Ku ambil kembali serakan dan pecahan kepingan hatiku, kukumpulkan kembali agar menjadi cermin yang utuh dan bersih dan aku berkaca disana dan mengatakan itulah dirimu ayo mulailah bangun dan melangkah, jangan berhenti. Catatan itu adalah "Jangan Patah".
Sahabat, tahukah kau..
Sejak saat itu kami bersahabat dan kuajak beliau ikut serta meramaikan facebook ini dengan saling berbagi, yah.. share catatannya dengan konsep “tag picnote”. Itulah kenangan kami.
Semoga setiap goresan pena beliau menjadi pengunggah jiwa yang bisa merehab hati bagi jiwa-jiwa yang memerlukan ketegaran. Semoga beliau mengerti hanya inilah yang bisa kubalas atas kebaikannya membangkitkan diriku yang lemah. Semoga Allah Subhannahu wa Ta’ala menjadikan karyanya sebagai salah satu pintu hidayah-Nya bagi mereka, bagi kalian. Dan merahmati kehidupan beliau, orang tua, adik-adik tercinta dan kelak bila beliau telah berkeluarga..
Baarakallahufiikum.
ABUAZHAR ASKARY
Bogor, Indonesia
"Sedahsyat apapun, badai kegelisahan yang datang pasti akan kembali; kembali kelautan”. Ketahuilah, bahwa gelombang ujian akan selalu datang. Berhentilah untuk menyalahkan siapapun, apalagi berprasangka kepada Rabb Yang Maha Mulia. Jangan menghabiskan energi untuk menghindar atau melawannya, sikapi dengan tenang dan cerdaslah! Bangkit dan berselancarlah bersama deru-derunya, dan temukan keindahannya..."
"Buktikanlah bahwa pilihan Allah tidak akan pernah merugikanmu!.”
“Ketahuilah, cinta sejati adalah cinta yang senantiasa bersahutan, berderu-deru dalam gemuruh ombak, beriak digelisah lautan, diam dalam ketenangan ikan-ikan, indah dalam kesedihan, nikmat dalam kekecewaan dan tidak mati dengan kematian. Cinta yang akan tetap indah, meski terbagi miliyaran angka tak terbatas semesta. Itulah Mahabbatullah, arahkan cintamu untuk meraih Cinta-Nya. Agar Tuhanmu Ridha kepadamu.." (NAI)
Subhanallah...
Itulah percikan renungan seorang penulis yang hingga saat ini masih kusimpan. Setiap membacanya tidak terasa air mata ini mengalir dengan sendirinya, seperti sedang berada di tempat yang gersang di padang pasir tiba-tiba ada gemericik air, hembusan angin yang menyejukan, memberi kekuatan, motivasi pada diri ini untuk selalu lebih kuat, lebih tegar, lebih ikhlas dalam menghadapi ujian yang telah Allah berikan.
Juli 2011 dengan keberkahan Ramadhan saya ikut bergabung dengan page facebook “Marhaban Ya Ramadhan” yang beliau kelola. Alhamdulillah disana saya mulai menemukan catatan-catatan yang menyentuh hati itu, kadang saya benar benar ikut menangis saat membacanya. Terutama di catatan "Tunas-Tunas Kebahagiaan" dan catatan lain berjudul "Bersahabat dengan Takdir-Nya", nasehat di catatan itu seperti tertuju kepada diri saya sendiri.
Saat itu dalam hati kecil saya sangat kagum dengan semua tulisan-tulisan beliau, saya membayangkan beliau seorang ulama besar kelahiran asli Mekah dengan jubah dan juga jenggotnya. Setelah mengenalnya, kekaguman saya bertambah tambah menjadi haru dan bangga, ternyata beliau asli orang Indonesia dan masih muda!
Mudah-mudahan dengan terbitnya buku Rehab Hati ini akan lebih mengokohkan hati kita semua untuk selalu mencintai Allah, melebihi kecintaan kepada makhluk-Nya.
"Dan orang-orang yang beriman itu sangat cinta kepada Allah" ( Q.S. Al Baqarah: 165)
IIS NETI N.
Garut, Indonesia
(Ibu Rumah Tangga & PNS)
Aku mungkin orang yang terlambat mengungkapkan kebahagian ini, dari sekian banyak orang yang berbahagia saat membaca catatan beliau yang berserakan di internet. Saat itu rabu, 30 November 2011. Aku menerima hadiah dari Akhi NAI, sebuah catatan tentang cinta yang aku minta sebagai prolog untuk program siaranku sore itu dengan seorang psikolog selaku narasumbernya.
“Tidak usah terburu berkata cinta, mungkin itu dusta saja..
Saat cinta itu mulai menyapa, berkata-kata dan saling berbisik rahasia, melukis jutaan bait membaur bersama debaran dan dugaan.. meresap, menyelinap dan menggetarkan dinding-dinding hati, disana keindahan itu hadir mewarnai, biarkanlah tetap begitu. Indah dalam diam..
Karena jika dua deru gemuruh itu dipertemukan ditepian pantai hatimu, dua dinding itu nanti bergetar hebat dan Istana hatimu tidak lagi diam. Istana yang dulu kokoh, dinding keikhlasan yang dulu terjaga sebentar lagi akan runtuh dilembah cinta yang tak halal".
Subhanallah..
Inspiratif dan menggugah Jiwa.
Bermula dari situlah, saya mengikuti jejak teman- teman dan sahabat penanya untuk berburu dan mengikuti goresan- goresan pena NAI. Membaca tulisannya, hati serasa diusap perlahan lalu disentil hingga hati ngilu dan tersadar, bahwasannya kita adalah Hamba. Karena itu sudah sepantasnyalah hati ini tunduk pada Sang Pemilik Hati. Ternyata dengan tunduk, kita dapat menikmati setiap garis takdir dengan Bahagia. Bahagia itu kita yang menciptakan, suasana hati kita yang menjadi kendali untuk memilih “bahagia atau merana“.
So, mari merapat dengan Hidayah-Nya. Jangan menunggu esok hari tuk me “REHAB HATI“ kita, bersiaplah, berbahagialah, today or too late.
MUTHIA KAYYISAH
Broadcaster & Director Programer Radio-Qu Cirebon,
Cirebon, Indonesia
Sepertinya tak ada kata istimewa untuk ungkapkan kebahagiaan menyambut kehadiran (dan memiliki buku ini) kecuali tasbih, tahmid, tahlil dan takbir "SubhanaAllah Walhamdulillaah wa Laa Ilaaha Illallaahu Allahu Akbar!".
"Jangan terjerat", adalah dua kata dahsyat yang masih melekat di ingatan ana hingga detik ini. Dua kata yang ana peroleh saat pertama kali dikenalkan seorang sahabat dengan NAI. Seiring berjalannya waktu, "dua kata" itu tumbuh dan berkembang, menjadi kumpulan kata-kata penuh makna yang tersusun sistematik dalam untaian nasehat dan tausyiah luar biasa. Kesemuanya menyatu menjadi satu kesatuan utuh dalam 'Catatan Nai' yang mampu menggetarkan jiwa.
'Catatan Nai' yang ana baca seakan terus mengarahkan ana kepada dua kata dahsyat tadi. Kita lihat saja 'Catatan Nai' yang berjudul "Persinggahan Bernama Dunia". Ana melihat catatan ini mengarahkan kita untuk "Jangan Terjerat" pada tipu daya dunia, karena kita hidup di dunia ini hanya sementara. "Peluru Kematian" siap menembus jantung kita kapan saja.
"Jangan Terjerat" cinta, karena “Saat Cinta Menyapa” saat itu cemburu pun akan menyapa dan "Ketahuilah, Rabb-Mu pun Cemburu". Rasulullah ShallAllahu ‘Alaihi WaSallam bersabda: "Sesungguhnya Allah pun cemburu dan orang yang beriman juga cemburu. Kecemburuan Allah, yaitu jika orang mukmin melakukan apa yang diharamkan". (Bukhari, Muslim).
“Jangan Terjerat” Masa Lalu, jika saatnya tiba, air rela meninggalkan bumi yang indah berubah menjadi awan. Dan lihatlah lagi, awan pun rela berpisah dengan angin yang setia memangkunya meski hitam, meski putih, meski kuning, tetap turun ke bumi meninggalkannya, menjadi gerimis, menjadi hujan.
Air tak pernah membantah saat diperintah.
Meski dicaci meski dibenci.. meski kotor, di rawa atau di kota-kota, tetap sejuk dan berusaha menjadi bening, menetapi fitrahnya mengalir merendah meski menderita, dihempas-hempas bebatuan. Tetap semangat menuju pantai, tetap sabar meski pantai kadang diam dan mengusirnya ke lautan.
Tetaplah lembut seperti air yang tak sesiapa pun bisa meniru warnanya, tetap berjalan bersamaan diseluruh waktu. Beriak-riak melukis symphony.
Alam yang terhampar ini adalah pelajaran. Agar kita tersenyum dan tetap tegar.
Bersiaplah.
Dunia ini hanya persinggahan, kita tidak lama di sini. Kita akan pulang..
Sederhanakan obsesimu. Sederhanakan langkahmu. Luruskan kembali perspective kesuksesan yang menyelimuti fikiranmu. Seorang muslim yang memahami Islam dengan baik bisa sukses setiap hari dan bahkan tidak akan pernah merasa gagal disetiap saat dalam hari harinya. (Nuruddin Al-Indunissy)
Alhamdulillaah, kata per kata yang ana teguk setiap hari di pagi buta di kereta Bogor – Jakarta telah mampu membasahi hati dan jiwa yang dahaga. Tak cukup seteguk, ana coba teguk lagi, menikmati dan menghabiskannya hingga secangkir.
SubhanaAllah secangkir kata-kata hikmah itu berubah menjadi secangkir kebahagiaan yang mendarah daging dalam hidup ana.. Secangkir kebahagiaan itu pun Insya Allah dapat dinikmati siapa saja. Secangkir kebahagiaan yang dituang dalam buku luar biasa (yang telah ada di tangan anda saat ini) "Rehab Hati".
“Jangan lelah, wahai saudaraku.. Lihatlah air yang tak pernah berkata lelah menelusuri lembah dan bebatuan, diam selamanya diam, tetap diam meski panas dan mendidih hingga dingin dan membeku” (NAI)
Salam Bahagia, untuk selamanya.. !!
TETY ROSARI LUBIS
Bogor, Indonesia
Buku 'Rehab Hati' mengajak kita supaya cerdas menyikapi skenario kehidupan, pandai dalam mengambil hikmah dari setiap hal yang menyapa kita, arif dalam menyikapi setiap peristiwa dan ujian hidup. Mengajak merenungi hal-hal yang kita temui dalam hidup dengan sederhana, namun mempunyai makna yang luar biasa dan menimbulkan kekaguman bagi orang-orang yang memikirkannya. Menyelami makna cinta dan segala permasalahnnya, mengajak kita turut merasakan suasana kota suci, kemegahan Al-Masjid Al-Haram, keistimewaan Mesjid Nabawi dan membuat kita rindu untuk kesana.
Dan yang tak kalah penting dan merupakan inti yang tersemat dalam judul yang beliau suguhkan, buku ini berbicara tentang hati dan langkah-langkah untuk merehabnya. Itulah sekelumit tema-tema besar yang coba beliau hadirkan dalam bukunya. Sebuah ajakan tanpa kesan menggurui, tidak bosan jika dibaca berulang-ulang karena tema yang diangkat beragam, pilihan kata yang sederhana namun kaya makna. Jika diibaratkan beliau ini ibarat Aid Al Qarni- nya Indonesia yang mampu memadukan hikmah dan dalil-dalil nash dengan apik. Panjangnya uraian beliau tidak membuat tulisan kehilangan makna, bahkan membuat para pembaca semakin antusias dan tertarik menuntaskan membacanya sampai akhir.
It's Recomended Book!
Sebuah bacaan yang layak dimiliki oleh setiap keluarga Muslim yang haus ilmu dan hikmah.
AHMAD BIN ISMAIL KHAN (Abik)
Padang, Indonesia
Blogger dan anggota Team WeboMetric Unand
email: ahmad.ibnuismail@gmail.com
"Saat seorang bayi manusia terlahir ke dunia, hal pertama yang ia pelajari adalah bagaimana cara untuk menangis. Selepas itu, sisa di keseluruhan hidupnya akan ia gunakan untuk belajar bagaimana agar ia bisa tersenyum saat kehidupan memaksanya untuk menangis. Bagi seorang Muslim, hidup tak sekedar itu. Ia harus belajar, bagaimanba caranya agar kehidupan yang singkat ini tidak hanya di isi dengan taw-tawa sesaat yang kemudian ditukar dengan tangisan abadi di Akhirat".
Kalimat itu saya temukan begitu saja, di sebuah situs. Tepatnya sebuah Page Facebook "MARHABAN YA RAMADHAN" yang dikelola beliau di Ramadhan 1432 H silam, sungguh berisi tulisan tulisan yang luar biasa mengungggah jiwa, mencairkan hati yang selama ini membeku, mengingatkan yang telah lupa, dan mampu membangunkan hati yang telah lama tertidur pulas, mampu menghapus silaunya dunia yang selama ini menghambat pandangan untuk melihat ke alam yang kekal sana, yaitu akhirat.
Riau menunggu "Rehab Hati".
JEFRI VANSON
(Fb: Jerry Nelson)
Mahasiswa FAPERIKA, UNRI
Pekanbaru, Riau - Indonesia
No comments:
Post a Comment