Tuesday, July 10, 2012
Peluru Kematian #Rehab Hati Bag 12
Allah Subhannahu wa Ta’ala telah meletakan dua kelopak mata kita di depan sebagai pembelajaran yang menakjubkan, laksana sebuah isyarat agar kita senantiasa melihat kedepan, bukan kebelakang. Muslim yang cerdas, tidak hanya melihat kedepan dengan segala keindahan dan rintangannya, namun ia mampu menggunakan penglihatannya untuk fokus kepada satu titik yang pasti ia dilalui, yaitu sebuah jembatan yang akan menghubungkan kehidupannya dunia ini dengan kehidupan lain di akhiratnya.
“Jembatan kematian, adalah sebuah jembatan rahasia yang pasti akan dilalui setiap ruh manusia yang hidup..”
Seorang muslim yang cerdas, hatinya tidak gentar saat ujian dan musibah itu menerpanya. Aktifitas berfikir, hati dan dirinya senantiasa terarah dan fokus pada jembatan kematian beserta kehidupan di sebrangnya yang dahsyat. Sehingga ia senantiasa mengingat dan mempersiapkannya, dalam hatinya terntanam tekad bahwa ia harus melewatinya dengan sebuah target yang ia perjuangkan dikeseluruhan hidupnya, sebuah target yang menentukan keselamatannya, target yang menjadi harapkan semua manusia beriman; yaitu khusnul khatimah.
Khusnul khatimah atau akhir yang baik adalah bukan gelar cuma-cuma yang akan dihadiahkan kepada siapa saja, sertifikasi itu hanya diberikan kepada hamba yang diridhai-Nya, hamba yang senantiasa berjalan dengan penuh harap dan takut, yang senantiasa berjalan menuju-Nya. Teruntuk hamba-hamba-Nya, dan bukan hamba-hamba syaitan..
Seorang Muslim seharusnya menyadari, bahwa dunia ini kesemuanya hanyalah nuansa yang melalaikan. Sehingga ia tidak akan menyempatkan banyak waktunya untuk merisaukan hal-hal yang akan berakhir ketika kehidupan sementara ini berakhir.
Kehidupan itu akan berakhir saat Al Mumiitu (المميت) yaitu Allah Yang Maha Mematikan, mematikan manusia dan menghentikan seluruh aktifitas kehidupannya di alam ini. Allah telah menentukan takdir kematian setiap makhluk. Allah mematikan manusia agar manusia dapat menuju kepada kehidupan yang sempurna, yaitu akhirat.
Dialah Allah Dzat yang Maha Kuasa mematikan apapun yang hidup, Yang Maha Pencipta Maut dan Yang Maha Pemusnah. Segala sesuatu yang hidup akhirnya ditakdirkan mati oleh-Nya.
“Dan bahwasanya Dialah yang menjadikan orang tertawa dan menangis, dan bahwasanya Dialah yang mematikan dan menghidupkan,” (Q.S. An Najm: 44-45)
Allah menghidupkan segala yang hidup di dunia ini dan Dia juga yang telah menetapkan kematian mereka. Seorang muslim tidak akan terlalu risau saat dunia ini belum sempat ia genggam semuanya, karena ia telah tahu lebih dulu yang akan menyadarkannya bahwa dunia itu akan ia campakan selepas penguburan jasadnya. Dari kesadaran yang konstan itulah ia bangkit dan hidupnya selalu optimis dan bahagia!
Seorang muslim yang cerdas, hatinya tidak akan berlarut-larut untuk memikirkan masalalu atau menyesalinya. Ia dapat dengan mudah memaafkan masalalu dan merelakannya menjadi kenangan berharga yang ia simpan di archive masalalunya. Ia teramat paham bahwa rangkaian kejadian yang ia temui adalah peristiwa peristiwa yang saling berkaitan yang membawanya kepada hari ini. Ia memahami bahwa hari ini adalah hari terbaik yang sangat akan menentukan hari esoknya di Akhirat.
Baginya, hari ini pun terlalu singkat untuk sebuah persiapan hari yang Abadi. Sehingga ia menghargai setiap detik-detik yang ia lewati di hari harinya, memulai paginya dengan senyuman penuh harapan serta menutup malamnya dengan penuh kesyukuran.
Ia tidak ingin mencemari nuansa iman dihatinya dengan keluhan. Ia tidak akan begitu saja menangis saat kehidupan memaksanya untuk menangis, ia berusaha agar hari hari yang singkat ini tidak ditukar dengan tangisan abadi di akhirat sana.
Ia tidak patah ketika badai kehidupan menyeretnya. Bahkan tidak terlintas sedikitpun dalam hatinya untuk melawan gelombang demi gelombang ujian tersebut, karena ia mengetahui bahwa ketetapannya adalah bukah hal yang harus ia tentang. Ia teramat menyadari dan percaya diri, hingga ia bangkit dan berselancar bersamanya. Hingga gelombang demi gelombang ujian yang datang tanpa henti tidak membuatnya lelah, prahara ujian itu semakin memperkokoh iman dan jiwa raganya dalam mengarungi samudra kehidupan ini.
Berlayar menuju pelabuhan terindahnya. Subhanallah..
“Hidup itu mudah, jika kita siap”.
Salah satu buah manis dari Iman adalah tumbuhnya keberanian dan anthusiasme untuk hidup dalam jiwa seorang Muslim. Ia pahami bahwa hidup ini adalah kehidupan untuk hidup yang maha hidup. Hingga ia akan segera meninggalkan hal-hal yang tidak penting dan samasekali tidak berhubungan dengan masa depan Akhiratnya.
Ia tidak pernah merasa terancam atas segala sesuatu di bumi ini, ia lebih tertarik untuk waspada dan menyikapi secara dini hal-hal yang akan membahayakan dirinya di akhirat nanti, hingga kehidupan di dunianya lepas dari kekhawatiran dan senantiasa bahagia.
Dari pemikiran ini, kita akan memulai terbang kedalam sebuah nuansa, sebuah masa yang harus segera kita sikapi dengan kedewasaan, karena itulah masa depan yang sesungguhnya; Akhirat.
Seiring detak-detak sayup yang terdengar di belantara dada,
Sejalan dengan lintasan obsesi yang berkecamuk di jiwa,
Ditempat kita terduduk diheningnya malam,
Atau berjalan diantara cahaya siang,
Mengatur langkah dan tujuan,
Berencana, berupaya
Dan berhayal tentang
Satu masa pengharapan
Dan keindahan-keindahan…
Ada hal yang begitu saja terlupa
Tentang sebuah jembatan rahasia..
Jembatan yang pasti dilalui semua manusia,
Jembatan yang menjadi penghubung kehidupan dunia
Kepada kehidupan di negeri lain yang kekal selamanya..
Aduhai, jembatan kematian.. di seberang sana ada kehidupan
Kehidupan sesungguhnya, disanalah kehidupan sesungguhnya dimulai.
Hari-hari panjang penantian akan digelar, hari mahsyar yang dahsyat, hari hisab yang menggetarkan dan hari lain yang abadi berkekalan...
Ada berbagai peristiwa besar disana, apakah hal yang membuat kita lupa, disana tidak ada kata ulang atau kesempatan-kesempatan.
Bahkan tidak ada lagi kematian.
Sering kita merasa nyaman dan aman dari jembatan kematian ini, padahal ancaman kematian itu adalah kepastian yang tidak bisa dibantah atau dicegah. Kematian laksana sebuah peluru yang mengintai, ia telah dikirim dari kemaha sempurnaan takdir yang berlaku bagi setiap mahluk yang bernyawa.
Peluru kematian itu terus mendekat dan akan mengenai kita kapan saja. Membawa kita kepada pengadilan-Nya.
“Akhirat adalah sebuah lukisan masa depan yang sesungguhnya”.
Dengan menyimpan fokus ini di jiwa kita, maka insya Allah kesadaran akan pentingnya management kematian muncul. Karena keseluruhan hidup ini tak lain adalah sebuah perjalanan menuju jembatan tersebut, jembatan yang akan menghubungkan kita kepada hari yang abadi yang teramat pasti.
Marilah kawan, jangan terjebak disatu situasi.
Mari kita ingatkan diri kita, agar senantiasa ingat bahwa peluru itu sedang mengintai dari jarak yang telah ditentukan, setiap saat setiap waktu. Saat kita teringat ataupun lupa.
Selagi engkau masih dipercaya untuk kembali terbangun dipagi tadi, dan hidup di hari ini, maka gunakanlah. Itu adalah kesempatan berharga untukmu.
Jangan lalai kawan..
Jangan sering terdiam hanya oleh hal-hal fana.
Jangan engkau menukar ketenangan sesaat, dengan kegelisahan abadi
Membeli tawa tawa sesaat, dan menjual kebahagiaan abadi
Menukar kesenangan sesaat di Dunia.
Dengan tangisan abadi diakhirat
.....
BUKU REHAB HATI - NAI
Hal 84 - 89 (Insya Allah, jika ada umur panjang bersambung hingga Hal 450)
Bukunya tersedia, inbox ana langsung dengan format pemesanan: NAMA, ALAMAT, No HP, dan Jumlah Pesanan.
Salam Bahagia
Nuruddin Al Indunissy
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment