rasanya baru saja,
kemarin kita habiskan masa
remaja dipersimpangan.
kebingungan mencari jawaban,
lalu diam.
Jika saja angin tak mengabarkan
mungkin kita telah lupa, bahwasannya pagi ini,
kita semua telah berdiri disebuah puncak harapan,
bernama kedewasaan, menatap hamparan
dan jejak-jejak di kanvas kehidupan
Iyah, kita memang pelupa
langkah demi langkah yang kita pilihkan
adalah serangkaian titik-titik, melukis jutaan alenia
menjadi syair dan bait-bait kenangan,
warna dan sekumpulan nada~nada
Seperti berdatangannya wajah demi wajah,
bergabung menjadi symphoni datang dan pergi,
mengantar kita kepada hari ini..
Hari yang dulu kita sebut masa depan
atau hari yang nanti kita panggil masa lalu
Sungguh kita telah banyak belajar..
tentang satu masa yang tak mudah!
saat lembar demi lembar begitu hitam! kelam
hingga kita pun enggan mengenangnya
begitupun hari ini,
kawan.
jangan biarkan ia berlalu menjadi mysteri
tanpa kita ketahui disana ada sebuah akhir
keseluruhan hari-hari ini adalah hadiah
lembar demi lembarnya laksana kanvas
boleh engkau lukis dengan apapun!
atau engkau biarkan kosong?
biarkan saja ia kosong
jika engkau enggan!
namun ingatlah,
kawan.
jejak langkah itu
adalah titik sambung~menyambung
membentuk satu garis abstraksi
dan berakhir bermuara dalam satu samudra
di keabadian
tak satu titik pun tersembunyi
semua akan berakhir
dan dihamparkan di hadapan
dalam catatan amal yang menggetarkan
di mana semua aib terbuka tanpa hakim pembela
disanalah keadilan dipertontonkan!
iyah memang, tak akan semua bisa kita mengerti hari ini.
ada hal yang tersembunyi dalam tirai~tirai hikmah
ke-Mahaan-Nya
namun ingatlah…
kawan!
lukisan itu, akan kita persembahkan bersama
segera dan entah kapan.
entah kapan!
jejak~jejak kita hari ini,
kemarin dan seterusnya
terus melukiskan satu symponi
untuk sebuah kebahagiaan abadi
atau duka yang juga abadi
duhai jiwa yang nanti mati
mari kemari, kembalilah...
sungguh nanti
kanvas itu akan dihamparkan dalam satu seruan
dan kita semua tertunduk malu
disanalah penyesalan sesungguhnya,
kawan.
Sungguh ironis, sekeping hati yang menangis
merasa tak berguna berselimut kegelisahan
risau saat do'a itu belum kunjung terkabul...
namun tak sedikitpun dihatinya
terlintas satu kekhawatiran
atau kegundahan, jika saja..
taubat itu masih tergantung
di antara langit dan bumi?
merasa diri begitu hina, namun masih saja!
senang dalam kehinaan, sementara hatinya enggan
berusaha keluar dari kubangan dosa-dosa,
masih bangga dengan jubah-jubah dosa,
dosa adalah hina, kehinaan yang menghinakan!
Sementara peluru kematian
terus mengintai dibelakang kepala,
dan jahanam mengancam menyala-nyala.
Tak ada kekhawatiran tentang dunia ini, kawan
Akhiratlah yang sepatutnya kita risaukan, sebuah masa yang panjang dan tak berhujung..
Aduhai..
Sekiranya kematian itu
akan menyudahi sesuatu?
marilah kawan
kita ingatkan kepada diri kita sendiri
bahwa melepas kotoran dosa itu itu wajib
dan menundanya adalah satu dosa yang lain..
kesalahan fatal yang terus terhitung
sepanjang lamanya waktu penundaan.
Marilah kawan..
kita lukiskan kanvas itu dalam satu irama
di mana cinta adalah bahasanya, berpegangan tangan
menuju keabadian
Maafkanlah saja
setiap sosok yang engkau sangka telah mendzhalimimu
sesaat sebelum engkau lelap dipenghujung malammu.
Sungguh
tak ada kata kebetulan dalam kamus iman dan konsepsi islam
semua telah terikat rapi dalam details dan ketetapan
taqdir-Nya Yang Maha Gagah!
Mari kita cicil dengan istighfar
atau bayar lunas dengan taubatannasuha!
agar langkah kita ringan, dihari ini atau hari mahsyar nanti.
Agar kita tidak malu, berdo'a-do’a meminta jannah-Nya
namun enggan mengemis ampunan-Nya
Agar nanti kita bahagia,
bercengkrama dalam satu naungan
berbahagia ditelaganya, di mana ketenangan adalah bahasanya
di mana semua jiwa-jiwa yang beriman di istirahatkan!
dari lelahnya kehidupan.
Ingat kawan, lukisan itu milikmu
dan langkah yang kau ayun adalah kuasnya
kuas dan kanvas itu milikmu, maka lukislah
seindah mungkin, agar kita tidak malu...
Jangan biarkan hamparan kanvas itu
dipenuhi dosa-dosa dan pembangkangan
hitam kelam hingga kita tidak mengenali
jalanan itu dan lupa untuk kembali
ini bukan puisi, hanya renungan
dari sudutan kanvas di sebuah sudut dihariku
Adapun harimu
Itu adalah kanvasmu, maka lukislah
tak usah engkau ludahi dengan keluhan..
Agar kita tidak malu saat hari itu tiba
Agar kita tenang dalam satu symphony kebagagiaan!
No comments:
Post a Comment