Langit makah dipenuhi cahaya.
Debu beterbangan memacu langkah di sebuah trotoar jalanan menuju Al Haram. Sesekali kusingkapkan baju serba putih yang kupakai, debu-debu rahmat bertebaran mengiringi derap kaki ribuan jemaah.
“Ya Tuhan... hanya tinggal beberapa ratus meter lagi..”
Bisikan lirih berusaha menenangkan gemuruh
Hati berdegup-degup tak sabar.
Waktu terus berpacu,
detik demi detik seperti bergeser lebih cepat.
Sahara arabia yang biasanya tak ramah hari itu seperti bersahabat.
Keringat mengalir membelai-belai lembut, membasahi ihram yang menutupi sebagian tubuh.
Hatiku mulai berdebar tak berirama.
Sesaat kemudian detak jantung seketika terhenti, mataku terbuka lebih lebar lagi, di hadapan terlihat jelas papan biru penujuk arah jalan bertuliskan Al-Masjid Al-Haram..
Subhanallah..
Kakiku menuruni lembah itu..
Lembah yang tak pernah tertidur, lembah penuh Rahmat, selalu ramai dikunjungi sejak Ibrahim alaihi sallam dan putranya Ismail alaihi sallam meletakan batu pertama Baitullah.
Lembah yang mempersatukan ummat Islam dalam satu icon Kiblat.
Lembah yang menyajikan keteduhan, menjanjikan jatuhnya tetasan tetasan air mata ketakutan.. Lembah yang telah menginspirasi seruan kepada taubatan taubatan nasuha...
Lembah yang akan selalu terjaga dari sentuhan kekafiran..
Lembah yang membuat para zionist berfikir ribuan kali untuk menyentuhnya.
Satu-satunya lembah yang tidak akan pernah bisa disentuh dajjal ...
Lembah teristimewa yang selalu di jaga malaikat-malaikat yang menghunus pedang siang dan malam di sepanjang masa..
Bibirku tidak mampu lagi berkata kata.
Mataku diam-diam menjadi sayu berkaca.
Kakiku tergesa menulusuri tepian jalanan menuju lembah itu hingga tertegun di sebuah halaman luas, ribuan merpati seperti menyambutku untuk pertama kalinya.
Dihadapan berdiri kokoh sebuah tebing raksasa yang terukir metal berharga dan marmer yang meredam panas kota ini. Mataku tertuju kesebuah gerbang mewah dengan dua tower tinggi.
Hampir tak percaya kakiku sampai di hadapan gerbang masjid ini, Al-Masjid Al-Haram. Aroma sejuk menghembus menyambutku, seperti ada kekuatan yang sedari tadi menarik tubuhku untuk segera memasuki masjid ini.
Aku menerobos masuk…
Kusempatkan salam kepada beberapa mutawwa berjenggot lebat yang menjaga masjid itu, tangan kiriku menyembunyikan kamera di sabuk ihramku. Dan tubuhku mulai menyelinap masuk kedalam.
Masha Allah!
Menakjubkan!
Seperti itulah kesan pertama saat memasuki Masjid ini, Masjid penuh kharisma di mana oase zamzam memancarkan air karomahnya sepanjang masa.
Kesan pertama yang kulihat adalah shaf-shaf yang tidak lurus seperti di masjid lain. Shaf masjid ini melingkar membentuk lingkaran besar mengelilingi Baitullah yang terletak ditengah-tengah mesjid.
Air zamzam adalah welcome drink bagi kaki siapa saja yang dalam hidupnya bisa mencapai masjid ini. Saat itu aku tidak tergoda, kakiku tergesa menuruni beberapa tangga hingga di tangga terakhir menuju Baitullah.
Sekarang tak ada lagi sesuatu yang menghalangi pandanganku dari Baitullah..
Baitullah berdiri megah di hadapan.
Air mata tak bisa kukendalikan..
Bibir tergetar, tak ada kata yang terucap.
Hati seperti melepuh menyaksikan keagungan-Nya di hadapan, sebentuk batu hitam kelam dibalut cahaya matahari.
Aduhai...
Kata apa sekiranya yang pantas kutuliskan disini...
Hingga saat ini, saat kutulis nuansa kebahagiaan ini.
Tiada kata yang pernah bisa kutemui untuk mewakili rasa haru - bahagia - dan berjuta rasa aneh yang baru kualami disaat-saat itu.
Dadaku berkecamuk berderu-deru.
Ingin rasanya kuteriakan takbir terhebatku dan berlari memeluknya.
Namun kukendalikan rasa itu, kedua tanganku terangkat menahan debaran seisi dada.
Allahuakbar…!
Tak ada Illah selain Engkau wahai Allah, tidak ada sekutu bagi Mu.
Engkau yang memerintahkan segala sesuatu, segala Puji hanya bagi Mu.
Aku berlindung kepadamu wahai Tuhan yang mempunyai Baitullah. Dari kekufuran, kemiskinan, azab kubur dan sempitnya fikiran. Sholawat dan salam kuhaturkan kepada Rasulullah Muhammad sholallahu ‘alaihi wa sallam dan keluarga serta sahabat-sahabat..
Wahai Allah..
Tambahkanlah kepada Baitullah ini kemuliaan, kebesaran, keagungan dan kebaikan.Tambahkanlah karunia-Mu kepada semua yang memuliakan dan mengagungkan Baitullah ini kemuliaan, kebesaran, ketinggian dan kebaikan...
Itu adalah do’a yang dibaca sebagai salam kepada Baitullah. Do’a yang dibaca milyaran umat Islam dari masa kemasa saat memandang Baitullah pertama kalinya.
....
BUKU REHAB HATI - NAI
Hal 38 - 41 (Insya Allah, jika ada umur panjang bersambung hingga Hal 450)
Bukunya tersedia, inbox ana langsung dengan format pemesanan: NAMA, ALAMAT, No HP, dan Jumlah Pesanan.
Salam Bahagia
Nuruddin Al Indunissy
No comments:
Post a Comment